Gambaran Hutan Alam Kalimantan Barat Tepatnya Di Wilayah Heart Of Borneo
Hutan Alam adalah hutan yang
ditumbuhi pohon-pohon secara alami dan sudah ada sejak dulu kala. Hutan alam
yang dapat bertahan tanpa ada campur tangan manusia atau pun tidak terjadi
eksploitasi hutan disebut hutan primer. Hutan Primer terpelihara dengan baik
sering disebut Hutan Perawan atau Virgin Forest. Sedangkan hutan yang telah
terdapat intervensi manusia didalamnya atau juga faktor bencana alam dapat terbentuk
hutan alam sekunder. Indonesia mempunyai hutan alam yang sangat luas, tetapi
semakin hari luasan hutan alam ini terus berkurang. Bahkan ada yang mengatakan
bahwa Indonesia kehilangan 1,6 - 2 juta hektar hutan alam setiap tahun. Hutan
alam Indonesia pada umumnya ditumbuhi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae, yang
merupakan jenis kayu yang laku di pasaran, sehingga hutan alam ini merupakan
sasaran eksploitasi. Komposisi jenis penyusun hutan alam di Indonesia
berbeda-beda tergantung lokasi tempat tumbuhnya hutan tersebut. Jenis-jenis
pohon di hutan alam Indonesia bagian barat berbeda dengan Indonesia bagian
timur walaupun ada juga jenis yang menyebar luas dari barat sampai ke timur.
Ada beberapa zone tumbuhan hutan alam di Indonesia yaitu zone hutan alam bagian
barat, zone hutan alam bagian timur dan zone peralihan.
Heart of Borneo (HoB) adalah inisiatif tiga negara yaitu
Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia untuk mengelola kawasan hutan tropis
dataran tinggi di Borneo yang didasarkan pada prinsip konservasi dan
pembangunan berkelanjutan. Tujuan inisiatif HoB adalah untuk mempertahankan dan
memelihara keberlanjutan manfaat salah satu kawasan hutan hujan terbaik yang
masih tersisa di Borneo bagi kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang.
Jantung Kalimantan adalah bagian kawasan HoB di Indonesia. Kawasan HoB memiliki
7 fungsi penting yaitu tutupan kawasan hutan, melimpahnya keanekaragaman
hayati, menara air, kelerengan kawasan, penyimpan karbon, sosial-budaya dan
ekowisata. Salah satu fungsi penting kawasan HoB adalah sebagai menara air,
dimana 14 dari 20 sungai utama di Pulau Borneo berhulu di kawasan HoB, seperti
Sungai Barito, Sungai Mahakam, Sungai Kapuas dan lainnya. Kawasan HoB memiliki
kekayaan keanekaragaman hayati dimana sekitar 40–50% jenis flora dan fauna di
dunia dapat dijumpai di Borneo. Dalam waktu 10 tahun terakhir ditemukan sekitar
361 spesies baru flora maupun fauna. Kawasan HoB merupakan rumah dan sumber
penghidupan bagi masyarakat lokal yang sebagian besar Suku Dayak dengan beragam
sosial dan budaya. Secara ekonomi, sosial dan budaya, masyarakat lokal
bergantung pada hutan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, obat-obatan, sarana
tempat tinggal dan adat istiadat. Dalam dekade terakhir setidaknya 1,2 juta
hektar hutan di Indonesia hilang setiap tahun. Demikian juga hal ini terjadi di
kawasan hutan Borneo. Hal ini disebabkan oleh kegiatan penebangan hutan secara
besar-besaran dan pengalihan fungsi kawasan hutan. Saat ini hutan Borneo yang
tersisa tidak lebih dari 60%, dan apabila praktik-praktik pemanfaatan yang
tidak bertanggung jawab ini terus berlangsun maka keberadaan hutan akan terus
berkurang. Akibatnya akan menurunkan fungsi hutan, hilangnya keanekaragaman
hayati dan timbulnya bencana alam. Pengelolaan kawasan HoB secara bijak akan
membantu memberi kepastian berkelanjutannya manfaat hutan di kawasan HoB bagi
generasi sekarang dan mendatang.
Gambaran Hutan Gambut Yang Telah di Buka Oleh Perusahaan Industry Ekstraktif
Hutan gambut adalah hutan yang
tumbuh di atas kawasan yang digenangi air dalam keadaan asam dengan pH 3,5 -
4,0. Hal itu tentunya menjadikan tanah sangat miskin hara. Menurut Indriyanto
(2005), hutan gambut didefinisikan sebagai hutan yang terdapat pada daerah
bergambut ialah daerah yang digenangi air tawar dalam keadaan asam dan di
dalamnya terdapat penumpukan bahan bahan tanaman yang telah mati. Ekosistem
hutan gambut merupakan suatu tipe ekosistem hutan yang cukup unik karena tumbuh
di atas tumpukan bahan organik yang melimpah. Daerah gambut pada umumnya
mengalami genangan air tawar secara periodik dan lahannya memiliki topografi
bergelombang kecil sehingga menciptakan bagian-bagian cekungan tergenang air
tawar. Arief (1994) mengemukakan bahwa gambut itu terjadi pada hutan-hutan
yang pohonnya tumbang dan tenggelam dalam lumpur yang hanya mengandung sedikit
oksigen, sehingga jasad renik tanah sebagai pelaku pembusukan tidak mampu
melakukan tugasnya secara baik. Akhirnya bahon-bahan organik dari pepohonan
yang telah mati dan tumbang tertumpuk dan lambat laun berubah menjadi gambut
yang tebalnya bisa mencapai 20 m.
Menurut Irwan (1992), gambut adalah
suatu tipe tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan (akar, batang, cabang,
ranting, daun, dan lainnya) dan mempunyai kandungan bahan organik yang sangat
tinggi. Permukaan gambut tampak seperti kerak yang berserabut, kemudian bagian
dalam yang lembap berisi tumpukan sisa-sisa tumbuhan, baik itu
potongan-potongan kayu besar maupun sisa-sisa tumbuhan lainnya. Anwar dkk. (1984
dalam Irwan, 1992) mengemukakan bahwa gambut dapat diklasifikasikan ke dalam
dua bentuk, yaitu gambut ombrogen dan gambut topogen.
Gambut ombrogen, Bentuk gambut ini umum dijumpai
dan banyak ditemukan di daerah dekat pantai dengan kedalaman gambut mencapai 20
m. Air gambut itu sangat asam dan sangat miskin hara (oligotrofik) terutama
kalsium karena tidak ada zat hara yang masuk dari sumber lain, sehingga
tumbuhan yang hidup pada tanah gambut ombrogen menggunakan zat hara dari gambut
dan dari air hujan.Gambut topogen, Bentuk gambut seperti ini tidak
sering dijumpai, biasanya terbentuk pada lekukan-lekukan tanah di pantai-pantai
(di balik bukit pasir) dan di daerah pedalaman yang drainasenya terhambat. Air
gambut ini bersifat agak asam dan mengandung zat hara agak banyak (mesotrofik).
Tumbuhan-tumbuhan yang hidup pada tanah gambut topogen masih mendapatkan zat
hara dari tanah mineral, air sungai, sisa-sisa tumbuhan, dan air hujan. Tipe
ekosistem hutan gambut ini berada pada daerah yang mempunyai tipe iklim A dan B
(tipe iklim menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson), pada tanah organosol
yang memiliki lapisan gambut setebal lebih dari 50 cm (Santoso,1996; Direktorat
Jenderal Kehutanan, 1976). Hutan gambut itu pada umumnya terletak di antara
hutan rawa dan hutan hujan. Vegetasi yang menyusun ekosistem hutan gambut
merupakan spesies-spesies tumbuhan yang selalu hijau (evergreen). Spesies-spesies
pohon yang banyak dijumpai di dalam ekosistem hutan gambut antara lain Alstonia
spp., Dyera spp., Durio carinatus, Palaquium spp., Tristania spp., Eugenia
spp., Cratoxylon arborescens, Tetramerista glabra, Dactyloeladus stenostachys,
Diospyros spp., dan Myristica spp. Khusus di Kalimantan dan Sumatra
Selatan, pada ekosistem hutan gambut banyak dijumpai Gonystylus spp.
Bang, saya mau bertanya
AntwoordVee uitsekarang hutan di kalimantan memiliki luas berapa hektar setelah sekian lama di tebang besar-besaran?
Terimakasih atas Infonya...